Uncategorized

Pos Ronda Ramai, Maling Ciut

KARAWANG, RAKA – Siapa yang tidak kenal nama maling. Konotasinya pasti negatif, karena kerjaannya mencuri barang milik orang lain. Jika masyarakat lengah dan cuek terhadap lingkungan sekitar, maka jangan menyesal jika banyak aksi maling terjadi. Biasanya, warga perumahan jadi sasaran maling, karena kondisi masyarakatnya cenderung tidak guyub jika dibanding warga perkampungan. Diantaranya keberadaan pos ronda. Pasalnya, keberadaan pos ronda di satu wilayah, bisa membuat tentram masyarakat. Apalagi jadwal siskamling rutin diikuti masyarakat setiap malam.
Ketua RT 03/06 Dusun Karangsalam, Desa Pucung Samin mengatakan, keamanan menjadi hal penting pada satu wilayah. Hal itu tentunya untuk menjamin keamanan warganya dari tindak kejahatan. “Apalagi lingkungan RT 03 ini wilayahnya dikelilingi perkebunan, cahaya juga minim, tentunya kita harus tetap berhati-hati,” ucapnya kepada Radar Karawang.
Ia menambahkan, dengan dibantu warga RT 03 ia berhasil membuat pos ronda, ia juga membuat jadwal pos ronda malam sehingga bisa bergantian menjalankan tugasnya saat berjaga di malam hari. “Alhamdulillah, bukan laki-laki saja, tapi ibu-ibu juga ikut bertanggungjawab dan mau melakukan aktivitas jaga ronda malam,” tambahnya.
Ia mengaku, anggaran pembuatan pos ronda berasal dari uang iuran warga yang dilakukan setiap minggunya. Pasalnya, selain pos ronda, uang yang sudah terkumpul juga ia gunakan untuk uang kematian serta membantu warga yang sakit. “Ini semua memang keinginan warga, saya selaku RT cuma bisa mengapresiasi dan mengkoordinir warga yang lainnya juga, dan memang benar kegiatan demi kegiatan kita tidak susah karena punya hasil dari iuran warga,” akunya.
Kepala Dusun Tamelang, Desa Mekarjaya, Dian mengatakan, Keamanan menjadi hal penting pada satu wilayah atau lingkungan khususnya mengantisipasi agar tidak terhadinya tindak kejahatan. “Pokoknya jangan sampai ada celah untuk para pelaku kejahatan melakukan aksinya di wilayah kita,” ucapnya.
Ia menambahkan, upayanya dalam mencegah tindak kejahatan yaitu dengan membangun pos ronda dan berencana membantuk tim ronda di setiap lingkung RT. “Jadi nanti kita akan bentuk dan aktifkan lagi pos ronda di wilayah dusun kita ini, dan alhamdulillah warga menyambut baik dan pembuatan pos ronda pun dikerjakan secara bergotong royong,” tambahnya.
Linmas Desa Tegalsari, Kasim (62) mengatakan, kentungan menjadi salah satu alat tradisional yang digunakan pada saat pengaman atau ronda malam, dengan cara memukul sehingga mengeluarkan bunyi nyaring. “Biasanya sih terbuat dari bambu atau kayu yang dibuat kosong pada bagian dalamnya. Makanya pada saat diketuk akan keluar bunyi cukup nyaring,” ucapnya.
Ia menambahkan, banyak orang yang belum mengetahui setiap kentungan memiliki makna atau menggambarkan kondisi lingkungan yang terjadi pada saat itu, contohnya jika kentungan dipukul sebanyak tiga kali secara terputus-putus, maka pertanda sedang dilakukannya pos ronda malam. “Misalkan tuk-tuk-tuk dengan waktu lambat, itu tandanya lagi ada pengamanan ronda malam,” tambahnya.
Kasi Trantib Desa Margasari Kharisona mengaku, di wilayah desanya sudah sulit untuk mengaktifkan kembali kegiatan ronda malam. Padahal, pemerintah desa sudah selalu mengimbau dan mengintruksikan kepada RT dan RW agar membuat jadwal dan melaksanakan ronda malam di lingkungan masing-masing. Namun sepertinya, keinginan untuk mewujudkan keamanan lingkungan melalui ronda malam ini belum diindahkan oleh masyarakat. “Saya sudah sering mengusulkan dan mengintruksikan para Ketua RT setiap minggon. Tapi sepertinya sulit karena kesibukan dan aktivitas masyarakat sekarang,” ungkapnya. (mal/psn)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Verified by MonsterInsights