Karawang
Trending

100 Tahun Bendungan Walahar Masih Berdiri Kokoh

RadarKarawang.id – Sudah 100 tahun Bendungan Walahar berdiri kokoh di Desa Walahar, Kecamatan Klari.

Dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda dan mulai beroperasi pada 30 November 1925, bendung ini bukan sekadar infrastruktur irigasi, tetapi juga simbol perubahan besar dalam sejarah pertanian Karawang.

Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Karawang, Obar Subarja, menyebut Bendung Walahar sebagai tonggak penting yang mengubah wajah Karawang dari daerah yang bergantung pada curah hujan menjadi kawasan pertanian produktif.

“Sebelum bendung ini ada, lahan pertanian sangat tergantung musim. Setelahnya, sistem irigasi modern memungkinkan Karawang berkembang menjadi lumbung padi nasional,” ujarnya, Kamis, (24/4).

Terhubung langsung dengan jaringan saluran induk Tarum Utara, Bendung Walahar berfungsi sebagai pengatur aliran air untuk ribuan hektar sawah.

Air dari bendung ini dialirkan menuju Bangunan Bagi Utama (BBU) Leuweung Seureuh yang terletak sekitar 5 km ke arah timur.

BBU ini memiliki peran vital dalam mendistribusikan air ke lima saluran utama, termasuk Tarum Utara Cabang Timur dan Barat, serta beberapa saluran sekunder.

Total lahan yang terairi melalui jaringan ini mencapai lebih dari 87.000 hektar, mencakup wilayah Karawang hingga Ciasem.

Bahkan saluran seperti Bengle dan Majalaya yang baru ditambahkan pada 2006 memperkuat cakupan distribusi air ke desa-desa pertanian.

Baca juga: Siswa Masih Bebas Bawa Motor ke Sekolah

Tak hanya untuk pertanian, sistem irigasi ini kini juga menyuplai air bagi kebutuhan industri dan rumah tangga, dikelola oleh Perum Jasa Tirta II.

Selain dampaknya terhadap produktivitas pertanian, saluran-saluran ini juga membentuk ekosistem sosial baru. Jalan inspeksi di sepanjang saluran berfungsi sebagai jalur transportasi dan penghubung antarwilayah.

“Irigasi di Karawang bukan cuma soal air. Ia jadi nadi kehidupan,” tambah Obar.

Kini, memasuki usia seabad, Bendungan Walahar dan sistem irigasi warisan kolonial di sekitarnya menjadi salah satu aset sejarah yang hidup.

Ia tak hanya menyimpan nilai arsitektur kolonial yang unik, tapi juga menyatu dengan keseharian masyarakat.

Pemerintah daerah dan komunitas cagar budaya mendorong agar bendung ini masuk dalam daftar pelestarian warisan budaya.

Tonton juga: Hyme Kopassus Ternyata Penciptanya Titiek Puspa

“Karawang bisa jadi lumbung padi karena bendung ini. Maka, 100 tahun Bendung Walahar bukan hanya soal usia, tapi tentang warisan yang terus menghidupi,” pungkas Obar. (uty)

Related Articles

Back to top button