1.883 Hektare Sawah Kekeringan
PURWAKARTA, RAKA – Memasuki musim kemarau tahun ini, Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta mencatat ada 1.883 hektare pesawahan di Kabupaten Purwakarta terancam dan terdampak kekeringan.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachman Suherlan mengatakan, dari total luas lahan tersebut, lahan yang terancam kekeringan mencapai 1.153 hektare, sementara sisanya terdampak kekeringan.
Pihaknya mencatat, ancaman kekeringan berlokasi di 11 wilayah, yaitu Kecamatan Maniis, Tegalwaru, Plered, Darangdan, Wanayasa, Pasawahan, Pondoksalam, Purwakarta Kota, Babakancikao, Campaka dan Kecamatan Cibatu. “Terancam dan terdampak kekeringan sebagian besar sawah tadah hujan dan setengah teknis,” ujar Agus, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (2/7).
Agus menyebut, dari luasan 18.071 hektare pesawahan di Kabupaten Purwakarta secara keseluruhan, 40 hektare di antaranya mengalami kekeringan berat dan puluhan hektare pesawahan di sejumlah kecamatan lain mengalami kekeringan sedang dan ringan.
Ia merinci, pesawahan yang mengalami kekeringan berat terjadi di Kecamatan Maniis 37 hektare dan 3 hektare di Kecamatan Pasawahan. Di Kecamatan Maniis juga terjadi kekeringan sedang dengan luasan pesawahan sebanyak 194 hektare, pasahawan 2 hektare dan 12 hektare di Kecamatan Campaka.
Sementara yang mengalami kekeringan ringan berlokasi di Kecamatan Maniis 129 hektare, Tegalwaru 198 hektare, Plered 50 hektare, Darangdan 16 hektare, Pasawahan 3 hektare, Purwakarta Kota 2 hektare, Babakancikao 14 hektare, Campaka 24 hektare dan di Kecamatan Cibatu 15 hektare.
Agus mengatakan, dari luasan 18.071 hektre pesawahan yang ada di Kabupaten Purwakarta 6.892 tadah hujan, 73 hektare pasang pasang surut, 20 hektare pesawahan lebak dan irigasi 11.086 hektare. “Rata-rata yang mengalami kekeringan pesawahan tadah hujan, sebagai antisipasi kita manfaatkan sumber air yang ada di lokasi itu,” ujarnya.
Sebagai antisipasinya, dia mengaku telah menginventarisir kekeringan di pesawahan dengan memanfaatkan sumber air yang ada. Sehingga tanaman padi tetap tumbuh hingga panen nanti. “Kita manfaatkan eks galian C, embung air disedot menggunakan mesin kemudian di salurkan melalui saluran air,” kata Agus.
Tak hanya itu, dinasnya juga mengatur jadwal tanam dan mobilisasi pompa air bantuan agar pesawahan milik para petani terselamatkan dari kekeringan. “Pada intinya kita masih selalu berusaha memanfaatkan potensi air. Apalagi kita miliki 350 mesin pompa tersebar di kelompok tani,” ujarnya. (gan)