KARAWANG

Warga Ingin Terbebas dari Banjir

MELINTAS : Terlihat traktor melintasi jalan Karangligar. Pertanian menjadi sumber pendapatan warga di desa tersebut.

TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Warga Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, ingin terbebas dari banjir. Itu yang banyak disuarakan saat dimintai keterangan apa yang paling diinginkan oleh warga terhadap kondisi lingkungan dan kinerja pemerintahan.

Keberhasilan suatu pemerintahan dapat dilihat dari kepuasan masyarakatnya atas kinerja para pemangku jabatan. Begitupun Pemerintah Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, dimana sang kepala desa Eneng Komariah telah menjabat selama 3 periode. Bebagai komentar muncul dari warga yang dipimpinnya.

Yayan Haryanto (40) misalnya, warga yang tinggal di Dusun Kampek RW 05 ini mengaku tidak terlalu mengenal secara personal sosok yang memimpin desanya. Namun sejauh ini ia melihat kepala desa sebagai sosok yang cukup baik. “Ya misalkan kalau ada yang hajatan atau meninggal ia datang,” ucapnya, Selasa (21/4).

Menyoal pembangunan desa, ia tak begitu banyak tahu, hanya saja memang pemerintah desa telah melakukan beberapa kegiatan seperti pembuatan drainase. Namun pria yang kesehariannya berdagang ini hanya berharap tidak lagi merasakam banjir seperti yang telah dialami berulang kali belakangan ini. “Sebenarnya masyarakat gak kepengen dikasih sama donatur atau apa, pengennya kalau pulang ke rumah ya nyaman saja,” harapnya.

Hal berbeda diungkapkan oleh R (48), warga Dusun Pangasinan RW 01, ia mengaku tidak ada perubahan selama kepemimpinan Eneng. Sejauh ini menurutnya perkembangan desa berjalan begitu-begitu saja. Meski demikian memang pembangunan jalan desa memang terlihat dikerjakan oleh pemerintah desa. “Ya baik mah baik, cuma gak pernah kasih duit,” selorohnya.

Mengenai pelayanan desa, ia mengaku kerap mesti mengeluarkan uang untuk berbagai urusan, seperti membuat KTP dan pengantar izin usaha. Meskipun sebenarnya pihak desa tidak mematok harga, tapi ia segan jika tidak memberi.

Ia juga menilai kepala desa jarang berbaur dengan masyarakat, tidak seperti saat mencalonkan diri. “Ada pengajian datang, ada apa-apa datang, ari rek aya ngahreup mah (kalau ada yang diharapkan), tapi kalau sudah jadi (kepala desa) mah nggak,” pungkasnya. (din)

Related Articles

Back to top button