Cikampek

Cikampek Undercover

BERSIHKAN SAMPAH LIAR: Para anggota Cikampek Undercover lengkap mengenakan pakaian serba hitam dan orange plus penutup kepala sedang mengangkut sampah liar di sekitar kolong jembatan Cikampek. Aksi ini mereka lakukan karena ingin Cikampek lebih baik.

Aksi Sosial Tanpa Panjat Sosial

CIKAMPEK, RAKA – Dalam melakukan hal baik tidak begitu penting siapa yang bergerak, melainkan apa yang telah dilakukan. Nampaknya itulah pesan yang ingin disampaikan oleh Cikampek Undercover, komunitas sosial yang memegang prinsip “No name, no face,”.

Gerakan pemuda yang baru satu bulan ini selalu mengenakan masker penutup kepala dalam setiap aksinya, untuk menutupi identitas personal anggota mereka.

Admin instagram @ckp_undercover menuturkan gerakan mereka beranjak dari keresahan-keresahan akan keadaan sosial, khususnya di Cikampek. Terlebih mereka ingin bisa berbuat lebih ketimbang hanya sekadar nongkrong. “Intinya kita teman-teman yang resah, cari kerjaan susah, nongkrong gak jadi (menghasilkan) apa-apa, jadi kita bikin akun instagram 4 Mei posting hal-hal yang kita inginkan ada di Cikampek,” tuturnya.

Cikampek Undercover mengajak masyarakat untuk berbuat baik sekecil apapun, dan diyakini akan memiliki dampak besar untuk Cikampek yang lebih baik. Aksi pertama mereka adalah berbagi sahur untuk warga tidak mampu di seputaran Cikampek. Mereka juga sempat mengangkut sampah dari tempat sampah liar ke TPA Jalupang. Tidak ada program tertentu untuk kegiatan mereka, kedepannya tergantung pada apa yang sekiranya perlu dilakukan dalam kondisi sosial tertentu, seiring berjalannya waktu.

Salah satu orang lapangan yang disebut sebagai Olap 1 mengatakan, salah satu alasan mereka menutupi identitas adalah untuk menghindari riya. Ia sendiri menilai saat ini banyak gerakan bakti sosial (baksos) namun sayang kerap nampak panjat sosial (pansos). “Zaman sekarang baksos sama pansos gak beda jauh,” ujarnya.

Olap 1 mengaku ikut gerakan ini untuk mengisi kegiatan positif selagi masih menganggur. Lebih dari itu, ia merasa greget dengan kondisi Cikampek saat ini. Menurutnya siapa lagi yang akan bergerak kalau bukan masyarakat sendiri. Berbuat baik tanpa menampakan identitas menurutnya membuat perasaan lebih lega. Tentunya ada pengalaman unik yang dialami, seperti kejadian tunawisma yang kaget saat dibangunkan sahur, namun akhirnya mereka dapat merespon positif gerakan tersebut.

Olap 2 menambahkan, sejauh ini Cikampek Undercover hanya diisi oleh orang-orang satu tongkrongan, belum ada niatan untuk merekrut anggota dari luar. Satu bulan berjalan bukan berarti mereka telah menjadi orang baik, melainkan tetap mengevaluasi diri kekurangan mereka. Perihal mengenakan masker saat bergerak, ia sendiri mengaku hal itu membuat hatinya lebih lega. “Kalau bahasa sundanya mah lebih jongjon, jadi ngasih ya ngasih saja,” ucapnya.

Masker penutup kepala selama ini identik dengan stigma negatif yang dikaitkan dengan tindak kejahatan. Cikampek Undercover nampaknya ingin merubah stigma tersebut, dan yang terpenting adalah siapapun orangnya dengan latar belakang apapun berhak untuk melakukan hal baik. “Kita saja yang tertutup berani melakukan, apalagi mereka yang terbuka,” jawab Olap 2 saat ditanya apakah yakin gerakan mereka dapat menggugah masyarakat.

Olap 3 menceritakan sempat kaget saat diajak bergabung melalui sebuah pesan di akun instagramnya. Namun setelah memahami dan merasa punya pikiran yang sejalan, akhirnya ia pun bergabung. Memang ia merasa Cikampek saat ini belum cukup baik. Ia mencontohkan taman di bawah kolong jembatan Cikampek sebagai fasilitas umum belum tertata, dan dimanfaatkan dengan baik. “Lebih dirapihin lah, jadi di ruang publik itu (mestinya) diisi dengan orang-orang kreatif,” pungkasnya. (din)

Related Articles

Back to top button