Gay Eksis Sejak Tahun 1992
METROPOLIS, RAKA – Keberadaan gay atau homo yang baru-baru ini menjadi sorotan di Kabupaten Karawang, ternyata eksistensinya sudah cukup lama ada. Menurut catatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Karawang, penderita HIV/AIDS sudah dialami kaum gay sejak tahun 1992.
Staf KPA Kabupaten Karawang Awan Gunawan mengatakan, penderita homoseksual di wilayah Karawang kota menjadi penyumbang kasus tertinggi HIV/AIDS. Tahun ini, dari Januari hingga Mei tidak kurang 57 orang gay terjangkit penyakit mematikan itu. “Secara kumultaif dari tahun 1992 hingga sekarang ada 298 homo yang kena HIV/AIDS di Karawang,” ungkapnya kepada Radar Karawang.
Ia melanjutkan, keberadaan kaum lesbi, gay, biseksual, dan transgender menjadi salah satu penyumbang terbesar penyebaran HIV/AIDS, jika dibandingkan dengan penularan lewat narkoba. “Dari hasil tes penularan itu akibat adanya jasa-jasa seks. Laki-laki suka dengan laki-laki. Itu paling banyak ditemukan,” ujarnya.
Menurutnya untuk menanggulangi penyebaran penyakit yang menghancurkan imun tubuh itu, diperlukan kerjasama dengan semua pihak. Masyarakat harus ikut bergerak mengatasi persoalan ini. “Kita tidak bisa bekerja sendiri, harus ada keterlibatan elemen masyarakat,” tuturnya.
Psikolog lulusan Universitas Padjadjaran Bandung Lusi Triyani mengatakan, penyimpangan seksual bisa terjadi karena faktor hormonal dan lingkungan. Faktor hormonal dari dalam tubuh yang dampaknya sangat berpengaruh terhadap fisik, perilaku dan seks seseorang. Makanya, jika pria didominasi hormon perempuan perilakunya menjadi lebih perempuan. Begitu pula sebaliknya. Namun, penyimpangan yang terjadi akibat faktor lingkungan secara kasat mata lebih sulit diketahui. Sebab, tidak ada perubahan fisik sehingga tidak bisa ditebak apakah seseorang itu menyimpang, atau tidak. “Faktor lingkungan lebih berbahaya dibandingkan hormon. Pengaruh lingkungan lebih cepat, di mana seorang yang sedang drop, tidak didukung norma dan nilai-nilai agama yang kuat bisa terjerumus akibat sentuhan orang sejenis yang menyimpang,” paparnya.
Apa yang bisa membengkokkan orientasi seks? Pada kasus remaja, Lusi menyebut pada umumnya karena patah hati dan rumah tangga berantakan. Ketika kekasih yang dicintai meninggalkannya membuat anak terpuruk. Demikian juga dengan anak-anak yang kesepian karena orangtua sibuk. Ketika ada `seseorang’ yang mampu menggantikan kesendirian tersebut bisa membuatnya tertarik. Karena orang tersebut sangat mengerti kebutuhan, keinginan, kelemahan, termasuk titik-titik sensitif yang bisa membangkitkan gairah seks seseorang. “Anak-anak yang terjerat merasakan kenikmatan tersebut pada akhirnya akan ketagihan. Orang itu pun memengaruhi bahwa hubungan sejenis aman, tidak menyebabkan hamil, akibatnya mereka `kena’ sebagai homoseks atau lesbian,” tuturnya. (apk/psn)