Buteka Bikin Emak-emak Terampil
MEMBUAT BUNGA TEKAN: Tiga orang perajin sedang membuat bunga tekan atau Oshibana di Dusun Cidampa, Desa Kutanegara, Kecamatan Ciampel.
Rutin Bikin Bunga Tekan
KARAWANG, RAKA – Rangkaian bunga merupakan salah satu kado yang bisa diberikan di berbagai moment. Sayangnya, kecantikan bunga segar tidak bisa bertahan lama dan pada akhirnya akan layu. Oleh karena itu, pressed flower menjadi alternatif kado yang tepat karena tahan lama dan memiliki kesan timeless and everlasting.
Ternyata, pressed flower ini kesenian tradisional asal Jepang yang dikenal dengan oshibana. Melansir dari Western Reserve Historical Society, seni ini sudah ada sejak abad ke-16 dan mulai populer sejak tahun 1800-an melalui perdagangan penduduk Jepang dengan negara barat. Pressed flower terus populer hingga kini, bahkan sejak tahun 1999 sudah berdiri International Pressed Flower Art Society, organisasi yang dibentuk oleh pressed flower artist asal Jepang, Nobuo Sugino. Di Karawang ternyata ada lho yang membuat oshibana atau bunga tekan. Tepatnya di Dusun Cidampa, Desa Kutanegara, Kecamatan Ciampel. Mereka adalah ibu-ibu yang terhimpun dalam Buteka. Salah satu UMKM Karawang yang bergerak di bidang kerajinan tangan, yaitu bunga tekan. Sang owner Sanih Supriatin menjalankan UMKM ini berbekal pelatihan dari sebuah perusahaan. Ia kerap membuat lukisan dari bunga tekan ketimbang emak-emak lainnya. “Waktu pelatihan ada sesi (lukisan)-nya, ya memang senang menggambar,” singkatnya.
Seorang perajin Siti Sumarni (43) juga ibu rumah tangga, beruntung anaknya sudah besar dan berkeluarga sehingga dapat lebih leluasa membut kerajinan bunga tekan. Ia telah mengikuti pelatihan kerajinan tersebut sejak 2011 silam. Baginya hal yang paling sulit adalah membuat desain hiasan, sebab bunga-bunga tersebut tak sembarangan ditata, melainkan harus dikonsepkan terlebih dahulu temanya. Tantangan lainnya adalah mencari bunga dan dedaunan segar, sebab tidak semua jenis bunga dapat dikeringkan. Terlebih waktu terbaik mencari bunga-bunga tersebut adalah siang hari saat matahari cenderung terik. Sebab jika pagi hari akan berembun dan susah kering. “Cari ya dimana saja kalau ada bunga, daun-daun,” ujarnya.
Sementara itu, Acih (46) mengaku selalu senang dengan kegiatan kerajinan bunga tekan ini. Mereka bisa sambil bercanda dan sesekali mecurahkan keluh kesah. Hal yang paling berkesan dan menjadi kebanggaan adalah dapat bertemu dengan sejumlah orang penting, ketika mengikuti berbagai pameran. “Sudah ngobrol dengan Ibu Agum Gumelar, Hatta Radjasa,” ceritanya.
Di samping itu, pameran di luar kota menjadi pengalaman dan banyak pelajaran yang dapat diambil. Tak heran pula jika mereka terlihat menonjol di desanya ketimbang emak-emak lainnya. Ia juga kerap turut serta mengisi latihan kerajinan bunga tekan. “Senang semua sih gak ada dukanya,” ujarnya. (psn)