
RadarKarawang.id – Siswa SMP di Kabupaten Subang mengaku bolos 20 hari dalam satu bulan. Pengakuannya diungkapkan saat ditanya Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Diketahui, pembinaan pelajar bermasalah terus dilakukan, tidak terkecuali di Kabupaten Subang yang langsung dipantau Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Kali ini, Gubernur Jawa Barat sempat langsung menanyai salah satu peserta pembinaan di barak.
“Masalahna kunaon arek pelatihan?,” tanya Dedi Mulyadi kepada salah satu siswa SMP Negeri di Kabupaten Subang.
Kepada Gubernur Jawa Barat, siswa tersebut sering bolos sekolah.
Siswa tersebut mengaku, dalam sebulan biasanya tidak masuk sekolah hingga 20 hari.
“Pernah gelut?,” ucap Dedi Mulyadi.
Ia mengaku, tidak berkelahi di dalam maupun luar sekolah.
“Ngala suluh henteu?,” kata Gubernur Jawa Barat.
Baca juga: Citarum Tercemar, Dedi Mulyadi Berani Tindak Pindo Deli?
Selama bolos, siswa tersebut mengaku hanya diam di kebun.
Ternyata, siswa tersebut mengajak banyak temannya yang lain untuk bolos sekolah.
“Oh, berarti maneh jeger-na,” ungkap Dedi Mulyadi.
Sang siswa menambahkan, perbuatan bolos sekolah tersebut sering mendapat teguran dari kedua orang tuanya namun tidak digubris.
Dalam pembinaan di barak kali ini, ia datang bersama empat siswa lainnya yang juga sering tidak masuk sekolah.
Tonton juga: Ki Asep Sunandar Sunarya Bawa Cepot Keliling Dunia
Mendapat kasus tersebut, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta Bupati Subang supaya membawa semua anggota kelompok yang sering bolos tersebut agar masalah bisa diselesaikan secara tuntas.
Di sisi lain, Gubernur Jawa Barat menjelaskan, dirinya sudah memerintahkan agar sekolah negeri meningkatkan daya tampung siswa.
“Nanti, kalau yang susah-susah, yang miskin-miskin masuk swasta, pemerintah akan menjamin pendidikannya free,” kata Dedi Mulyadi.
Gubernur Jawa Barat menambahkan, banyak kasus siswi SMP tidak tamat terus menikah.
“Waktu kawinnya terbawa kebiasaan harus hajatan, hajatannya pinjam duitnya ke bank emok,” tutur Dedi Mulyadi.
“Habis kawin, laki-lakinya kagak tanggung jawab, balik lagi ke rumah orang tuanya, anaknya hamil kagak ada yang ngurus, bagian kakeknya lagi,” jelas Gubernur Jawa Barat.
Gubernur Jawa Barat menambahkan, banyak kasus siswi SMP tidak tamat terus menikah.
“Waktu kawinnya terbawa kebiasaan harus hajatan, hajatannya pinjam duitnya ke bank emok,” tutur Dedi Mulyadi.
“Habis kawin, laki-lakinya kagak tanggung jawab, balik lagi ke rumah orang tuanya, anaknya hamil kagak ada yang ngurus, bagian kakeknya lagi,” jelas Gubernur Jawa Barat.
“Udah pada susah, nanti punya cucu yang nanggung kakeknya, rumahnya sudah enggak kebeli, rumah kecil diisi empat kepala keluarga itulah Bekasi,” pungkas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.(psn/rgb)