RadarKarawang. id – Acep-Gina kalah dalam versi quick qount, padahal mereka didukung Dadang S Muchtar, Ade Swara hingga Cellica Nurrachadiana. Ini pertanda para mantan bupati Karawang tak bertaring.
Menilik hal itu, cerita dibalik kalahnya pasangan calon bupati Acep Jamhuri – Gina Fadlia Swara masih menarik diulas.
Pasangan nomor urut satu ini memiliki dukungan para ‘bintang’, mulai dari para mantan Bupati Karawang, mantan wakil bupati, serta partai koalisi besar yang sukses memenangkan pemilu lalu.
Seperti diketahui, pasangan Acep-Gina didukung para mantan Bupati Karawang seperti Dadang S Muchtar, Ade Swara dan Cellica Nurrachadiana, mantan wakil bupati Ahmad Zakahsyari atau yang disapa Kang Jimmy serta sederet tokoh lainnya.
Namun, hasil pemilu berdasarkan quick count pasangan memperoleh 45% suara sementara pasangan Aep Syaepuloh – Maslani memperoleh 55% suara.
Baca juga: Politik Uang Warnai Pilkada Karawang
Dosen Fisip Universitas Satyagama Jakarta, Didi Suheri, menilai kurang masifnya mesin partai
serta pudarnya pesona mantan Bupati Kabupaten Karawang menjadi salah satu penyebab tidak maksimalnya suara Acep-Gina.
“Sebelumnya saya pernah mengatakan peluang kedua paslon tersebut 50:50. Asumsi tersebut melihat bagaimana Acep dan Gina
mampu menyatukan berbagai tokoh politik di Karawang salah satunya para mantan Bupati dan Wakil Bupati Karawang sebelumnya,
ditambah lagi Parpol pengusung nya sangat banyak, sementara Paslon Aep dan Maslani hanya didukung oleh NasDem, PKS, PKB, PDIP, dan Perindo,” katanya, kepada Radar Karawang, Kamis (28/11).
Jika melihat secara kalkulasi, tambah Didi, harusnya pasangan Acep dan Gina menang, karena didukung oleh banyak parpol,
bahkan ormas-ormas keagamaan pun turut memberikan dukungannya, namun sayangnya hal itu tidak terjadi.
“Saya kira para parpol pendukung dan relawan Acep dan Gina sudah pede bisa menang, karena dukungan datang dari mana-mana,
bahkan Mantan Bupati Cellica Nurrachadiana sampai turun gunung ikut kampanye, berharap pendukungnya ikut mendukung Acep dan Gina,
tapi nyatanya hal itu tidak membuat Acep dan Gina menang dan saya bisa katakan
ini adalah indikasi pudarnya pesona mantan Bupati Karawang. Hal itu bisa disebabkan karena ketidakpuasan pemilih di kepemimpinan para mantan Bupati,” jelasnya.
Tonton juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman tak Pandang Harta
“Jadi saya kira karena faktor mesin parpol tidak berjalan masif, entah apa masalahnya, yang paling dominan menurut saya karena persoalan logistik yang habis duluan,
karena untuk mendapatkan rekomendasi dukungan dari parpol kan tidak gratis ya, parpol yang dukung Acep dan Gina kan sangat banyak sekali,” tambahnya.
Didi menjelaskan, apabila Acep dan Gina tidak puas dengan hasil Pilkada, dapat melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).
“Soal untuk mengajukan gugatan semua punya hak, silahkan saja kalau tidak puas, nanti MK yang memutuskan,” jelasnya.
Didi menambahkan, kedepan jika Acep ingin terjun ke dalam dunia politik seharusnya jangan nanggung, apalagi kalau kedepannya mau nyalon kembali.
“Ya, harus mulai dari sekarang mencari kendaraan politik dan membangun basis militan.
Kalau tidak aktif di parpol, ya saya kira berat kedepannya untuk maju lagi di Pilkada, karena Acep kurang populer,” paparnya.
Sementara itu, Dosen Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Weni Adityasning Arindawati mengatakan,
petahana banyak hal yang lebih diuntungkan dalam kontestasi Pilkada,
seperti faktor popularitas, faktor mobilisasi massa termasuk tokoh-tokoh masyarakat yang lebih luas dan masif serta faktor penting lainnya juga adalah finansial dan faktor kinerja.
“Dan menurut survei yang dilakukan dari awal tahun 2024 para petahana diprediksikan 70% berhasil memenangkan dan mempertahankan posisi nya kembali, sumber data dari LSI,” katanya.
Disampaikannya, adapun kekalahan Acep dan Gina tentu kurangnya mobilisasi massa termasuk tokoh-tokoh masyarakat yang lebih luas dan masif
serta faktor penting lainnya juga adalah finansial dan faktor kinerja serta tidak terlalu menonjol yang dimiliki pasangan ini
serta adanya opini masyarakat yang menggiring mengenai latar belakang sosok mantan bupati meski ini perlu dilakukan riset mendalam.
“Ada tidak nya pengaruh dari dukungan para mantan bupati terhadap kekalahan pasangan ini, tentu belum ada riset yang bisa membuktikannya,” ungkapnya.
Menurutnya, bagi kedua pasangan calon pada Pilkada Karawang 2024 sudah cukup baik dalam pengelolaan komunikasi publik. Terbukti riuh gemuruhnya masih terbilang cukup kondusif dan aman.
“Kita harapkan permasalahan selama proses Pilkada ini tetap memprioritaskan aspek adil, jujur dan transparan.
Karena kita masih menunggu hasil rekapitulasi resmi dari KPU meski hasil quick count berbagai lembaga survei mengarah ke pasangan Aep-Maslani dibanding Acep-Gina. Kawal terus hasil rekapitulasi sampai pengumuman resmi KPU,” tutupnya.(zal)