Identitas Santri Diketahui Lewat Gigi, Lima Saksi Kebakaran Ponpes Miftahul Khoirot Diperiksa
KARAWANG, RAKA – Identitas delapan orang santri korban kebakaran Pondok Pesantren Miftahul Khoirot, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, akhirnya terungkap setelah sebelumnya sulit diketahui karena kondisi jenazah yang sangat memprihatinkan.
Selama proses identifikasi di ruang forensik RSUD Karawang, Senin (22/2) malam sampai Selasa (23/2) dini hari, sejumlah keluarga korban secara bergiliran melihat langsung jenazah di ruang forensik, sambil membawa sejumlah dokumen dan foto korban untuk pencocokan data. Di sisi lain, sambil menunggu hasil pemeriksaan korban oleh kepolisian dan dokter forensik, para keluarga korban pun tak henti-hentinya menangis di depan ruang forensik dan pemulasaraan jenazah rumah sakit plat merah tersebut.
Staf Humas RSUD Karawang Andi Senjayani mengatakan, setelah dilakukan identifiasi, delapan korban meninggal dunia akibat kebakaran tersebut sudah dibawa pulang ke rumahnya masing-masing. Dia menyebut para korban sudah dipulangkan sekitar pukul 03:00. “Keterangan dari dokter forensik sekitar subuh sudah beres, dan dipulangkan,” katanya.
Kata Andi, satu korban masih menjalani perawatan di RSUD Karawang, dan satu orang lainnya sudah dipindahkan ke rumah sakit daerah Purwakarta sesuai domisilinya. “Kalau yang masih dirawat di sini ini luka bakarnya hampir 25 persen. Yang kena luka bakarnya bagian kepala, tangan, dan kaki,” pungkasnya.
Andi juga mengatakan, tidak ada penambahan jumlah pasien akibat peristiwa kebakaran kemarin. “Nama-nama santri yang kehilangan kan sudah ada, tapi jenazah tidak dikenali yang mana si A dan yang mana si B. Tapi sekarang sudah selesai dan korban sesuai dengan nama-nama yang kemarin diinfokan,” tuturnya.
Sementara, pihak kepolisian sampai saat ini masih terus melakukan penyelidikan terhadap kasus kebakaran tersebut. Kasat Reskrim Polres Karawang AKP Oliestha Ageng Wicaksana mengatakan, pihaknya telah melakukan olah TKP lanjutan untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya kebakaran yang menewaskan delapan orang santri. Pihaknya telah memeriksa lima orang saksi. Empat orang dari pengurus pesantren, dan satu orang adalah santri yang pertama kali melihat percikan api. “Sementara yang kuat dari santri yang pertama melihat titik api. Karena yang bersangkutan yang membangunkan teman-temannya dan menarik dua orang santri yang selamat,” ujarnya.
Berdasarkan keterangan dari santri, lanjut Oliestha, seperti dugaan awal peristiwa kebakaran ini berawal dari percikan api pada kipas angin yang korslet, kemudian mengenai kasur sehingga menjalar ke tempat sampah dan semua bangunan pesantren di lantai dua. “Tapi kami masih menunggu hasil dari puslabfor nanti, sehingga bisa dijelaskan secara rinci dan detil kira-kira penyebannya apa,” jelasnya.
Oliestha juga menambahkan, meski saat proses identifikasi mengalami kendala, tetapi identifikasi telah selesai dilaksanakan melalui kecocokan gigi, dan beberapa ciri khusus yang dikenali oleh keluarga korban. Sehingga pada pukul 05.00 kemarin semua korban telah dikembalikan kepada keluarga masing-masing untuk dimakamkan. “Kita sempat terkendala karena ciri khusus di masing-masing korban, karena terbakar sehingga tidak bisa dilihat. Namun yang paling membantu yaitu kecocokan gigi,” pungkasnya. (nce/mra)