Sainte Lague Monster Bagi Parpol Kecil
LEMAHABANG WADAS, RAKA – Ada yang berbeda dengan cara penghitungan perolehan suara dalam pemilu 2019. Jika pada pemilihan legislatif 2014 metode penghitungan suara Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). Namun, pada Pileg 2019 menggunakan metode Sainte Lague murni.
Metode ini diperkenalkan oleh Andre Sainte Lague, ahli matematika asal Perancis. Tahap pertama, dilakukan proses penghitungan jumlah seluruh sah setiap parpol, (suara parpol+suara calon). Tahap kedua melakukan pembagian dengan bilangan ganjil 1,3,5,7 dan seterusnya. Kemudian tahap ketiga, hasil pembagian diurutkan dari mulai suara terbanyak. Kemudian dikonversi ke kursi sampai habis jumlah kursi di daerah pemilihan. Sistem penentuan ini, membuat mau tak mau, caleg dan partai harus bekerja sama dalam peraihan suara terbanyak. Menang secara individual untuk suara caleg tetapi suara partai tak terdongkrak, akan mempengaruhi proses duduknya calon di legislatif. Dalam artian, caleg juga dituntut untuk menangkan partai.
Melihat itu, sejumlah kader partai menengah bawah di Karawang, tidak gentar meringsek suara maksimal pada pemilu dengan masa kampanye lebih dari lima bulan ini. Bahkan sejumlah kader partai, sama-sama mengklaim memiliki strategi jitu untuk menambah poin agar partai yang jadi kendaraan politiknya naik tingkat.
Caleg dari Partai Bulan Bintang (PBB) Dapil IV, Mulya Syafari misalnya, melihat sistem penghitungan suara pemilu sekarang, diakuinya bisa merugikan partai menengah bawah. Sehingga dalam pemenangan perolehan suara, pihaknya harus berpikir dan bekerja keras. Berbeda dengan tahun 2014, walaupun di tingkat nasional partai besutan Yusril Ihza Mahendra ini tidak masuk electoral threshold, tapi di Karawang masih bisa memperoleh 3 kursi dengan jumlah suara total 56 ribu. “Tahun 2019 melihat sistem hitung yang ada, DPC targetkan 100 ribu suara. Atau minimal satu kursi di setiap dapil,” kata Mulya kepada Radar Karawang, kemarin.
Sekretaris DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Karawang Dadan Suhendarsyah mengatakan, tidak ada strategi khusus menghadapi pemilu 2019. “Biarkan semuanya berjalan normal seperti biasa, sama dengan saat menghadapi pemilu 2014. Hanya mungkin intensitas publikasi dan tatap muka figur-figur calon dengan pemilih yang lebih ditingkatkan, lebih masif dan lebih terukur terstruktur,” ujarnya.
Sementara mengenai korelasi strategi partai dengan metode sistem penghitungan Sainte Lague murni, dia jelaskan perubahan sistem penghitungan suara bukan monster yang menakutkan bagi semua partai, tak terkecuali bagi partai yang dikategorikan partai menengah. Malah baginya ini baik, karena metode ini lebih mendekati keadilan dibanding sistem penghitungan suara tahun 2014. “Saat aturan tersebut disahkan, kami langsung melakukan simulasi berbasis perolehan suara Pemilu 2014 lalu. Dan ternyata hanya berubah sedikit saja. Kursi PAN untuk DPR-RI berkurang 1 dari 49, dan kursi PAN berkurang 1 juga untuk DPRD kabupaten yakni di dapil 4,” katanya.
Ia melanjutkan, caleg PAN yang tampil hari ini merupakan perpaduan antara figur-figur lama yang sudah teruji, dengan figur-figur baru yang memiliki semangat juang tinggi dan mempunyai basis massa yang tidak berbenturan. Tim pemenangan internal juga sudah melakukan pemantauan ke lapangaan, sehingga berdasarkan data sementara yang dimiliki, target 6 kursi bisa tercapai. “Ini menjadi pertanda bahwa setidaknya PAN selangkah lebih siap dalam menghadapi pertarungan,” selorohnya.
Dian Fahrujaman, ketua DPC Partai Nasdem Karawang mengatakan, partainya konsisten dengan politik tanpa mahar. Seluruh caleg Nasdem harus terus bergerak sosialisasi dan tatap muka dengan masyarakat agar lebih dikenal. “Caleg Nasdem harus punya program yang bisa membantu rakyat, kerja sosial, olahraga, turnamen dan santunan,” katanya.
Sementara itu, Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Karawang Dedi Sudrajat mengatakan, soal strategi dan penyikapan sistem hitung pemilu 2019, dia pastikan saat ini sedang dirancang dahulu formulanya. “Seperti apa dan strategi pemenangan, ini masih dalam pembahasan,” singkatnya. (rud)