Dampak Teknologi, Buruh Tani Nganggur

PANEN : Alat panen saat melintasi hambaran sawah yang siap panen.

CILAMAYA WETAN, RAKA – Di satu sisi, perkembangan tekhnologi di tengah petani mempermudah pekerjaannya. Di sisi lain, buruh tani terancam nganggur. “Alhamdulillah musim panen ini, di Desa Tegalwaru hasilnya memuaskan. Tapi kami sebagai pemerintah desa banyak menerima kritikan dan protes dari buruh tani buruh yang tidak punya sawah,” ujar Plt Kades Tegalwaru, Euis Herawati, kepada Radar Karawang.

Dikatakannya, dengan adanya mesin pemotong sekaligus perontok padi, pekerjaan petani atau pemilik sawah jadi lebih ringan bahkan irit biaya. Karena tak butuh banyak orang untuk menggarap atau memanen area pesawahannya. “Memang betul mesin tersebut menguntungkan bagi petani asli yang punya sawah, dan kita memang akui ini akibat kemajuan teknologi dan kemajuan zaman,” ucapnya. 

Namun, tambahnya, sebagian warga yang menggantungkan usahanya sebagai buruh tani kehabisan lahan untuk mengais rezeki. Dengan adanya mesin pemotong sekaligus perontok padi tersebut, pihaknya meminta arahan dan petunjuk dari Pemda untuk mengatasi kritikan dan protes dari warganya tersebut. “Gabah berkurang karena gak bersih kayak di keprik, dan kalau dikarungin berceceran,” katanya.

Salahseorang buruh tani Kencung mengaku, tak setuju dengan keberadaan mesin tersebut, karena buruh tani seperti dirinya bisa mengais rezeki melalui sisa-sisa padi bekas dipanen atau biasa disebut ngeprik. “Adanya mesin, tenaga manusia hampir tak terpakai. Apalagi itu salahsatu usaha kita,” ujarnya.

Seharusnya, tambahnya, sebelum membuat atau mengesahkan sesuatu, pemerintah juga memikirkan kondisi masyarakat di bawah seperti apa. “Buruh tani pada ganggur akibat mesin itu,” ujarnya. (rok)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here